Senin, 26 Maret 2012

Bentuk-bentuk retail

§  Catalog stores, merupakan suatu jenis toko yang banyak memberikan informasi produk melalui media katalog yang dibagikan kepada para konsumen potensial.
§  Chain stores, adalah toko pengecer yang memiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama.
§  Supermarket, adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk makanan dan juga sejumlah kecil produk non-makanan dengan sistem konsumen melayani dirinya sendiri (swalayan).
§  Hypermarkets, adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan mencakup banyak jenis produk. Hypermarket merupakan gabungan antara retailer toko diskon dengan hypermarket.
§  Minimarket, merupakan adalah semacam toko kelontong yang menjual segala macam barang dan makanan, namun tidak sebesar dan selengkap supermarket. Minimarket menerapkan sistem swalayan.
Berikut daftar beberapa perusahaan retail di Indonesia :
§  Matahari Departemen Store, adalah sebuah jaringan toserba yang menjual baju dan bahan pakaian lainnya. Matahari merupakan salah satu perusahaan ritel yang terkenal di Indonesia. Disamping menjual baju dan bahan pakaian, matahari juga menjual kosmetik, sepatu/sandal, makanan, peralatan dapur dll. Matahari memiliki 79 jaringan di seluruh Indonesia.
§  Hypermart, adalah perusahaan jenis hypermarket milik Matahari Group : pemilik matahari departemen store. Hypermart memiliki 38 cabang di Indonesia.
§  Foodmart Supermarket. Foodmart merupakan transformasi dari konsep Matahari supermarket. 
§  FoodMart Express (Convenience Store).
§  Boston Drugs Store. Toko retail yang menjual obat - obatan.
§  Times Books Store. Toko yang menjual berbagai jenis buku. 
§  Timezoneadalah sebuah tempat hiburan dimana hiburan tersebut berupa permainan/game.
§  Carrefour, merupakan sebuah hypermarket asal Perancis. Dibuka pertama kali di Indonesia pada bulan oktober 1998 yakni di Cempaka Putih (Jakarta) sebagai unit pertama Carrefour di Indonesia. Pada perkembangannya kini Carrefour memiliki 66 gerai Hypermarket dan 15 gerai Supermarket.
§  Carrefour Express (Convenience Store)

Jumat, 09 Maret 2012

ANALISIS JURNAL 2


Judul            : Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan Alfamart
Pengarang   : Appandy Zarkasie
Tahun          : 2011
Tema           : Kepuasan Konsumen
Latar Belakang :
Pada abad 21 era teknologi semakin memberikan akses kemudahan bagi manusia. Manusia pada dasarnya juga menginginkan perubahan teknologi tersebut untuk memberikan kemudahan dalam proses pemenuhan kebutuhan terutama kebutuhan primer dan sekunder dimana mereka hanya perlu mencarinya di dalam satu tempat lalu mengambil serta membayarnya dengan cepat hanya dalam satu tempat saja. Oleh karena itu di zaman sekarangini para pelaku bisnis banyak yang mendirikan tempat belanja yang kita kenal dengan mini market salah satunya adalah alfamart. Di Indonesia sendiri persaingan tempat belanja sangatlah ketat sehingga pelaku bisnis harus bisa memberikan kepuasan kepada konsumen  dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Metode Penelitian
1.     Study lapangan dengan wawancara langsung dan pengamatan langsung di tempat penelitian serta memberikan kuesioner
2.     Study kepuasan mencari sumber – sumber mengenai bahasan ini melalui buku-buku yang menyangkut penelitian ilmiah ini
3.     Analisis memakai metode koefisienen korelasi berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban yang di berikan oleh responden
Manfaat Penelitian :
Agar mahasiswa yang lain dapat mengetahui dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi serta menambah wawasan secara lebih mendalam mengenai topic yang di bahas. Secara langsung alfamart agar dapat lebih meningkatkan pelayanan terhadap konsumen.
Masalah :
Kemampuan alfamart dalam memberikan pelayanannya bagi kepuasan para konsumen terhadap harga barang , kualitas barang, fasilitas tempat, serta pelayanan pegawai alfamart.
Tujuan :
Memberi gambaran singkat perusahaantentang pelayanan yang diberikan alfamart terhadap konsumen apakah telah memuaskan konsumennya?

MANFAAT DAN TUJUAN
Penetrasi terhadap produk :
Diharapkan bisa menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Persepsi terhadap produk :
Analisis persepsi konsumen Indomaret dengan persepsi konsumen Alfamart terhadap lokasi berdirinya kedua minimarket tersebut diketahui memiliki perbedaan yang signifikan. Dan dalam penelitian ini yang lebih baik adalah Indomaret hal ini diketahui dari mean Indomaret yang lebih
besar dari Alfamart sebesar 12.140000>11.220000. Perbedaan ini disebabkan jarak yang di tempuh konsumen lebih dekat menuju Indomaret di bandingkan ke Alfamart, sedang menurut Hendri Ma’aruf, 115: 2005,
yang menyatakan bahwa sebuah gerai akan lebih sukses jika letaknya lebih strategis dibandingkan gerai lainya yang berlokasi kurang strategis meskipun keduanya menjual produk yang sama, oleh pramuniaga yang trampil dan banyak
Positioning terhadap produk:
Bisa untuk semua kalangan karena harga-harga alfamart biasanya bisa terjangkau oleh kalangan manapun
Strategi pemasaran terhadap produk :
Melalui iklan dalam memperkenalkan produk baru
Publishing, edvertising
Kelemahan dan kelebihan :
Kelebihan
Karena tempat nya berada di area strategis jadi memungkin para konsumen mudah datang ke minimarket ini
Kelemahan
Jarang membuat terobosan-terobosan baru.
Analisis
ANALISIS

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kepuasan konsumen Indomaret dengan kepuasan konsumen Alfamart hal tersebut dapat diketahui dari penjelasan perdimensi berikut:
1. Adanya perbedaan kepuasan konsumen Indomaret dengan kepuasan konsumen Alfamart pada dimensi keresponsifan, assurance, empathy, tangible sedang pada dimensi kehandalan tidak di temukan perbedaan yang signifikan karena kedua minimarket ini memiliki faslitas yang hampir sama setelah diadakan penelitian.
2. Faktor-faktor yang membedakan kepuasan konsumen minimarket Indomaret dengan Alfamart adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas yang dimiliki didalam memberikan pelayanan, 
2. Penentuan lokasi, 
3. Pelayanan yang diberikan,

Analisis kepuasan konsumen Indomaret dan kepuasan konsumen Alfamart terhadap kepuasan kedua minimarket tersebut diketahui memiliki perbedaan yang signifikan. Dan dalam penelitian ini yang lebih baik adalah Alfamart hal ini diketahui dari uji-t Alfamart yang lebih besar dari Indomaret sebesar 26,443 > 26,119. Berarti kualitas pelayanan berdasarkan dimensi kehandalan(Persepsi) yang diberikan oleh Alfamart dan Indomaret tidak jauh berbeda.


ANALISIS JURNAL 1



Pengarang                  : Moh hamzah
Judul                           : KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN MINIMARKET SURYA KENCANA
Tahun                          : 2008
Tema                           : KINERJA PELAYANAN
Latar Belakang Masalah :
Fenomena :
Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang memberikan kualitas yang memuaskan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan di Minimarket 
Riset :
1. Analisis kualitas pelayanan  minimarket surya kencana
Motivasi Penelitian :
Dari penelitian ini dapat di ketahui  kualitas pelayanan minimarket surya kencana
Masalah : Pelayanan yang tidak memenuhi kepuasan pelanggan yakni  nasabah  bank dengan sangat mudah di tinggalkan dan akhirnya nasabah beralih ke bank lain.
Tujuan Penelitian :
1. Menganalisis kualitas pelayanan minimarket surya kencana secara keseluruhan menurut masing masing konsumen yang dating.
2. kualitas  minimarket  berdasarkan tangible,reliability, assurance, responsivenes         dan empathy


Metode penelitian
Data :
Jenis data penelitian adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh sebagai tanggapan dari kuesioner yang disebarkan kepada responden dan juga hasil dari wawancara dengan pihak-pihak yang mendukung penelitian ini.
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas layanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan sehingga hiopotesis yang diajukan dapat terbukti kebenaranya.
Sampel dan populasi :
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Kualitas Layanan (X) dan Kepuasan Pelanggan (Y). Skala pengukuran variabel menggunakan skala interval. Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan Mini Market Sinar Rejeki yang sedang berbelanja
Tahap penelitian :
skala yang digunakan untuk mengetahui kualitas bank berdasarkan 5 dimensi (tangible,reliability, assurance, responsivenes dan empathy). Menurut tingkat harapan dan persespi terhadap kinerja pelayannan bank digunakan sekala likurt. Dan diberikan alternatif jawaban dari sangat tidak setuju sampai sangat baik.
Pembahasan :
kualitas pelayanan di minimarket surya kencana sudah sanagt bagus


MANFAAT DAN TUJUAN
Penetrasi terhadap produk :
Sebaiknya minimsrket meningkatakan produk-produk yang mereka juala kadang ada barang barang yanbg seharusnya ada tetapi di mini market ini tidak ada atau tidak lengkap.
Dan buatlah minimarket surya kencana ini lebih nyaman karena ac di minimarket ini tidak biasa digunakan itu akbatnya konsumen menjadi tidak nyaman berada di minimaeket ini

Persepsi terhadap produk :
Barang-barang kurang lengkap minimareket surya kencana ini dan tingkatkan lah kualita yang bisa membuat nyaman para konsumen
Positioning terhadap produk:
Bisa untuk semua kalangan karena harga-harga di minimarket biasanya bisa terjangkau oleh kalangan manapun
Strategi pemasaran terhadap produk :
Melalui iklan dalam memperkenalkan produk baru
Publishing, edvertising

Kelemahan dan kelebihan :
Kelebihan
Karena tempat nya berada di area strategis jadi memungkin para konsumen mudah datang ke minimarket ini
Kelemahan
Fasilitasnya kurang sehingga tidak emmbuat nyaman konsumen.
Analisis
Sebaiknya jika kita ingin meningkatkan keuntungan maka kita pun  harus mengutamakan hak-hak para konsumen agar kosumen pun merasa puas akan kinerja kita  


Senin, 05 Maret 2012

GAMABARAN UMUM TENTANG RITEL

Gambaran Umum Bisnis Ritel

Ritel berasal dari kata retail yang berarti eceran. Bisnis ritel merupakan suatu bisnis menjual produk dan jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau pengguna akhir lainnya. Aktivitas nilai tambah yang ada dalam bisnis ritel diantaranya meliputi assortment, holding inventory, dan providing service (Sopiah, 2008). Bisnis ritel di Indonesia dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Ritel modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari ritel tradisional. Format ritel ini muncul dan berkembang seiring perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang menuntut kenyamanan lebih dalam berbelanja (Pandin, 2009).

Persaingan Industri Ritel
Sejarah membuktikan, ekonomi pasar merupakan sistem terbaik untuk membangun dan mempertahankan kesejahteraan masyarakat. Dalam sistem ekonomi pasar, aktivitas produsen dan konsumen tidak direncanakan oleh sebuah lembaga sentral, melainkan secara individual oleh para pelaku ekonomi. Persainganlah yang bertindak sebagai tangan-tangan tak terlihat yang mengkoordinasi rencana masing-masing. Sistem persaingan yang terbentuk dapat membuat produksi serta konsumsi dan alokasi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal menjadi efisien (KPPU, 2001).

Pasar Tradisional
Mengutip dari Perpres No 112 Tahun 2007 Bab I tentang ketentuan umum, dengan jelas mengkategorisasikan tentang konsep dan definisi dari pasar dan pasar tradisional. Lebih detailnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Sedangkan Pasar Tradisional sendiri adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar
. 
Lokasi pendirian pasar tradisional wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya (pasal 2) dan pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten (pasal 5). Dari ketentuan ini, aspek lokasi pasar tradisional relatif flexible dibandingkan dengan ketentuan lokasi bagi pasar modern dan pusat perbelanjaan, utamanya untuk kelas supermarket, hypermarket/grosir (perkulakan), yang melarang berlokasi di jaringan jalan dengan sistem pelayanan lokal dan lingkungan.

Sedangkan dalam Bab IV Pasal 12 tentang perijinan, dijelaskan bahwa izin usaha pengelolaan pasar tradisional (IUP2T) untuk pasar tradisional diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Termasuk dalam perizinan tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 13 harus dilampirkan tentang studi kelayakan termasuk mengenai analisis Amdal, aspek sosial budaya, dampak bagi usaha perdagangan eceran setempat, dan dokumen rencana kemitraan dengan usaha kecil.

Dari Perpres No. 112 Tahun 2007, secara tidak langsung tersirat usaha untuk melakukan harmonisasi antara eksistensi pasar tradisional dan toko modern. Dan dengan jelas, pemerintah berupaya melindungi keberadaan pasar tradisional, yang makin terdesak oleh hadirnya pusat perbalanjaan dan pasar modern, melalui pembatasan lokasi bagi pasar modern dan pusat perbelanjaan, untuk kategori kelas tertentu seperti supermarket dan hypermarket.
Apabila dilihat dari jenisnya, pasar tradisional dibedakan dalam kelas atas hirarkhi sebagai berikut:
a. Menurut kementerian DPU dalam lampiran No. 22 Kep. Menteri PU No. 378/UPTS/1987 Tanggal 3 1-08-1987 tentang pengesahan 33 standar konstruksi bangunan di Indonesia perihal petunjuk perencanaan kawasan kota, menetapkan jenis sarana niga dan industri dalam 5 hirarki, yaitu: warung, pertokoan, pusat perbelanjaan lingkungan untuk 3 0.000 penduduk, pusat perbelanjaan dan niaga untuk 120.000 penduduk, serta pusat perbelanjaan dan niaga untuk 480.000 penduduk.
b. Profil dan direktori pasar di DKI Jakarta (1994) secara berurutan hirarkinya terbagi atas : pasar regional, pasar kota, pasar wilayah, dan pasar lingkungan.
c. Menurut Jahara T.Jayadinata dalam Tandiyar (2007) mendefinisikan bahwa jarak tempuh antara pusat kota dengan pasar dan sebagainya harus bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 30 atau 45 menit, sedangkan pasar lokal harus bisa ditempuh dari lingkungan yang dilayaninya (market area) sampai jarak 3/4 km atau 10 menit perjalanan, sedangkan untuk standar luasnya ditetapkan 500 m2/1 .000 penduduk.

Pasar Modern
Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan, konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir (Anonymous, 2009). 
Menurut Nielsen (2007) dalam Pandin (2009), dalam lima tahun terakhir, pasar modern merupakan penggerak utama perkembangan ritel modern di Indonesia. Pada tahun 2004 – 2008, omset pasar modern bertambah 19,8 persen, tertinggi dibanding format ritel modern yang lain. Omset Department Store, Specialty Store dan format ritel modern lainnya masing-masing meningkat hanya 5,2 persen, 8,1 persen dan 10,0 persen per tahun. Peningkatan omset yang cukup tinggi tersebut membuat pasar modern semakin menguasai pangsa omset ritel modern. Perkembangan market share pasar modern dari tahun 2004 – 2008 meningkat 70.5 persen menjadi 78.7 persen dari total omset ritel modern. 
Menurut Tambunan, dkk. (2009) Pasar Modern dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Minimarket
Minimarket merupakan pasar swalayan yang hanya memiliki satu atau dua mesin kasir dan hanya menjual produk-produk kebutuhan dasar rumah tangga (basic necessities) yang telah dipilih terlebih dahulu.
b. Supermarket
Supermarket merupakan pasar swalayan yang memiliki lebih dari dua mesin kasin dan juga menjual barang-barang segar (fresh goods) seperti sayur dan daging selain basic necessities yang lebih beragam dari minimarket.
c. Hypermarket
Hypermarket merupakan pasar swalayan yang memiliki lebih dari lima mesin kasir dan juga menjual basic necessities dan barang-barang segar namun lebih beragam dibandingkan dengan supermarket, selain itu hypermarket juga menjual barang-barang white goods atau elektronik.

Permasalahan Antara Pasar Modern dan Pasar Tradisional
Menurut seorang pakar ritel, Prodjolalito dalam Tambunan dkk., (2004), permasalahan utama antara ritel modern (minimarket, supermarket dan hypermarket) dan ritel tradisional, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta adalah lokasi, di mana ritel modern dengan kekuatan modalnya yang luar biasa berkembang begitu pesat yang lokasinya berdekatan dengan lokasi ritel tradisional. Padahal sudah ada Peraturan Daerah No 2 Tahun 2002 mengenai pengaturan (izin) lokasi bagi ritel modern. Dua komponen penting dari SK tersebut adalah jarak minimum antara ritel modern dengan ritel tradisional, dan jam buka ritel moderen berbeda, yakni antara jam 10 pagi hingga jam 10 malam.
Perbedaan jarak ini dimaksud untuk memberi kesempatan bagi pasar-pasar tradisional untuk tetap bisa mendapatkan pembeli dari masyarakat sekitar pasar tersebut. Sedangkan perbedaan waktu buka adalah untuk memberi kesempatan bagi pasar-pasar tradisional untuk tetap mendapatkan pembeli yang ingin belanja di bawah jam 10 pagi. Meskipun demikian, dengan berkembangnya ritel modern menyebabkan pangsa pasar tradisional dari tahun ke tahun semakin menurun.
Prodjolalito dalam Tambunan, dkk., (2004) pun menyatakan bahwa masih banyaknya pasar yang tetap bisa bertahan hingga saat ini (dan kemungkinan juga di masa depan), walaupun pertumbuhan ritel modern sangat pesat, juga disebabkan oleh adanya perbedaan dalam segmen pasar.